namaku Pelangi

March 3, 2009

Aku mencintai langit dan segala sesuatunya. Kamu tahu? Aku adalah pelangi. Aku hanya akan datang jika mendung menaungi, dan bahkan ketika langit menangis. Sebuah luka. Yah. Sebuah luka yang nampaknya membuat hati selalu gundah. Sakit tak terperi. Dan bahkan, mungkin aku akan mengunjungimu jika bias-bias cahaya yang ditebarkan oleh sahabatku dikala terik, dia matahari, dan ketika langit terhujam gelap, dia bulan. Aku adalah hiasan jika sang wajah bermuram durja. Hiasan yang akan mencerahkan sang penduka. aku penuh warna. dan kurasa akan membuatmu nampak indah. Tersenyumlah wahai sayangku. Ingatlah aku, si Pelangi. Berjanjilah, kita akan selalu bertemu. Di ujung mimpi. Di ujung pengharapan.

Celoteh Pelangi

March 3, 2009

di pagi buta, menyambut hari. 20 tahun lalu kurasa. kokokan ayam jantan membangunkanku. suaranya yang nyaring membisingkan telinga, hingga dengan malas aku mulai menggeliat. mungkin dia menginginkan aku untuk meyaksikan perubahan langit di pagi hari. di ujung timur. ku beranjak dari tempat tidur dan ku buka jendela kamarku. ah segarnya. suatu saat nanti aku pasti merindukan semua ini.

lalu… ku hampiri ibuku yang sudah terjaga. dengan manja ku bergelayut dilengannya. ku berkata, ” ibu, aku menyayangimu..sepenuh hati. hingga mati. dan sampai akhirat nanti. aku ingin memamerkannya kepada Tuhan. betapa aku mencintaimu ibu. perempuan teristimewa yang dianungrahkan Tuhan kepadaku sebagai ibuku.” ibuku terseyum. ” ibu juga menyayangimu nak.. bersyukurlah. nikmat Tuhan itu tak terbatas..mari kita bersujud pagi. menyukuri nikmat Nya atas kelegaan nafas yang Dia berikan pagi ini”. lalu..lalu.. bersama ibu, ku basuh tubuhku bersuci diri untukmenghadap Nya.”

di ujung doa, ku berkata pada Nya, “tuhan.. terima kasih.. engkau telah mengizinkan aku terlahir dari rahim ibuku, sebagai buah cinta ayah kepadanya. dan terimakasih Tuhan, telah mengizinkan aku menjadi seorang adik dari seorang laki-laki kecil yang selalu melindungiku. Terimakasih Tuhan, aku tercipta dengan cinta, terlahir dengan cinta, dan hidup dalam naungan cinta…Tuhan.. terimakasih untuk segalanya.. Amin.”
seusai sujud pagi, aku kembali menghampiri ibu. dan bertanya, ” bu, mengapa aku terlahir seperti ini? sebagai anak yang periang, tidak bisa diam, dan…ah.. ibu… aku begitu malu.. mengapa aku bandel ya ibu?”
ibuku terseyum,”kamu terlahir dengan doa, anakku.. disetiap detak jantungmu, doa kami menyertaimu.. disetiap tarikan nafasmu, cinta kami menaungimu. dan Janganlah lupa akan Tuhan mu nak…”
“tapi ibu, apakah kebandelanku karena apa?”
“anakku.. mungkin dulu waktu ibu mengandungmu, ibu kebanyakan makan ulet kadut nak..,” hemmm.. ibuku terseyum cantik sekali.
“ah ibu.. aku begitu menyayangimu.. aku akan selalu menjagamu ibu, aku juga akan selalu menjaga ayah hingga diriku ini sudah tidak mampu mengusung raga ini. aku akan menjaga ibu dan ayah, bersama kakak, ibu.. aku berjanji bu..”
“anakku, buah hatiku…ibu yakin kau pasti akan menepatinya..ibu menyayangimu nak”
aku dan ibu saling bertatap.. tatap penuh harap, ini bukanlah sekedar cinta yang hanya akan mengendap…hilang menjadi kenangan.cinta ini abadi.